kas kecil

Kamis, 02 April 2015




  • Allah bersama orang – orang yang sabar
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (١٥٣)
    “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs Al Baqarah : 153)
    Kebersamaan Allah ada dua macam, yaitu: kebersamaan umum dan khusus. Kebersamaan umum, maksudnya bahwa Allah bersama para makhluknya baik yang mukmin, kafir, fasik, maupun musyrik, baik manusia maupun hewan, tumbuhan dan sebagainya. Kebersamaan umum ini dalam hal ilmu, kehendak, Allah melihat, Allah mendengar, Allah mengatur mereka dan lain sebagainya, yang berkaitan dengan sifat rububiyah Allah.
    Sedangkan yang dimaksud kebersamaan Allah yang bersifat khusus adalah  pertolongan Allah dan kekuatan yang Allah berikan kepadanya.
    Dalam ayat di atas, kebersamaan yang dimaksud adalah kebersamaan khusus. Bahwa orang–orang yang sabar itu Allah bersamanya, mengawasinya dan menolong serta menambah kekuatannya.
    Dengan memahami hal ini, maka bertambahlah iman kita kepada Allah, bahwa pengawasan Allah meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang dapat luput dari–Nya selamanya. Keimanan yang demikian mewajibkan bagi kita untuk lebih menyempurnakan kedekatkan diri kepada Allah, dengan tetap pada ketaatan, menjauhi maksiat, tidak berpaling ketika Allah memerintahkan kita terhadap sesuatu dan tidak melanggar kepada apa yang Allah larang. Inilah buah dari keimanan terhadap sifat kebersamaan Allah.
  • Sabar adalah akhlaq para nabi dan rasul
    وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ (٨٥)
    “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.”  (Qs Al Anbiya’ : 85)
    Maka sudah selayaknya kita meniru akhlaq mereka, mereka adalah orang – orang yang dekat dengan Allah dan ayat ini merupakan dalil penguat bagi para da’iyah ilallah (penyeru agama Allah) untuk menjadikan sabar sebagai senjatanya dalam menghadapi masyarakat yang didakwahinya. Sebagaimana nabi Nuh yang berdakwah selama 950 tahun dan hanya mendapat beberapa pengikut.
  • Sabar merupakan tahapan terakhir bagi seseorang dalam  berislam.
    وَالْعَصْرِ (١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
    “Demi masa (1), sesungguhnya manusia itu benar – benar dalam kerugian (2) kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan  nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran “ (Qs Al ‘Asr: 1-3)
    Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan dalam kitab tsalaatsatul ushulnya : ketahuilah bahwasanya wajib bagi kita untuk berilmu kemudian beramal dengan ilmu agama yang telah kita ketahui dan kemudian mendakwahkannya kepada manusia dan yang terakhir bersabar terhadap cobaan yang menimpa ketika manusia tidak mau menerima dakwah kita atau bahkan menentangnya. Karena setiap muslim yang berada pada dakwah kepada agama Allah maka pastinya akan mendapat cobaan dari apa yang ia jalani tersebut.
  • Sabar merupakan kebaikan bagi seorang mukminDari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, katanya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:“Amat mengherankan sekali keadaan orang mu’min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu’min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran – yakni yang merupakan bencana – iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya.”(HR. Muslim)Mengapa dikatakan bersabar merupakan kebaikan bagi seorang muslim? Karena Allah memberi ganjaran kepada orang – orang yang bersabar dan mengampuni dosa – dosa mereka. Sebagaimana yang firman Allah ta’ala
    إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (١١)
     “Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.”  (Qs. Hud: 11)
Sabar itu tidak ada batasnya
Para ulama mengatakan bahwa :الصبر لا يحد       “Sabar itu tidak ada batasnya”, karenanya pahalanya pun tanpa batas. Dalilnya adalah firman Allah berikut ini :

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (١٠)
”Katakanlah: ’Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’” (QS. Az-Zumar: 10)
Pahala sabar adalah pahala yang tanpa batas, menurut  As Sa’di: yang dimaksud tanpa batas disini adalah tanpa ada batas akhir / tepi, tidak dihitung dan tidak diukur. Maka tentu saja kesabaran juga tanpa batas.
Kesalahan sebagian orang menganggap bahwa sabar itu ada batasannya, maka bantahannya adalah surat Az Zumar tersebut. Namun jika kita menghadapi seseorang yang mengganggu terus menerus, bisa dianggap itu adalah orang yang fasik. Maka kita diperintahkan untuk menjauhi mereka atau berlepas diri dari mereka.